Berikut ini bukti-bukti kuat ajaran akidahnya Nashiruddin Al Albani seorang 'ahli hadits' yang banyak dijadikan rujukan orang Islam dalam menentukan shohih tidaknya suatu hadits hingga mereka melupakan para ahli hadits di masa periwayatan haditsnya itu sendiri. Mereka tidak lagi berkata dishohihkan oleh Bukhori, oleh Muslim, oleh Tirmidzi, oleh Nasai dan sebagainya tapi mereka kini berkata : dishahihkan oleh Al Albani, didoifkan oleh Al Albani, innaa lillaaHi wa innaa ilayHi rooji'uun. Berikut ini rincian akidah Al Albani yang saya kutib dari kitab AKIDAH THOHAWIYAH SYARH WAT TA'LIQ, padahal Ath ThoHawiyah adalah muslim Ahlussunnah wal jama'ah Asy'ariyah tapi kitab akidahnya disyarh dan dita'liq sedemikian rupa oleh Al Albani dan diselewengkan ajaran akidahnya :
A. PEMBAGIAN SYIRIK MENURUT AL ALBANI
Syirik menurut Al Albani dibagi 3 yaitu
1. Syirik pada Rububiyah yaitu meyakini bahwa ada pencipta selain ALLAH,
2. Syirik pada Uluhiyah atau 'Ubudiyah (Penyembahan) yaitu menyembah selain ALLAH seperti menyembah para Nabi, orang-orang soleh, bersamaan dengan menyembah ALLAH, seperti melakukan ISTIGHOTSAH yaitu minta tolong dan memanggil selain ALLAH di kala kesusahan atau disebut pula sebagai TAWASSUL,
3. Syirik pada Sifat, yaitu mensifati sebagian makhluk dengan sebagian sifat yang khusus bagi ALLAH seperti yang dilakukan oleh orang-orang tasowwuf dan orang-orang yang mengambil berkah dari mereka.
Di halaman ini Al Albani menuduh orang-orang yang melakukan ISTIGHOTSAH dan TAWASSUL sebagai penyembah selain ALLAH bersamaan menyembah ALLAH, suatu tuduhan syirik yang keji dan bisa kembali ke dirinya. Orang-orang yang beristigotsah dan tawassul mereka tidaklah melakukan penyembahan kepada selain ALLAH, tidak menyembah kepada perantara mereka ke ALLAH, mereka bukan seperti orang-orang musyrik zaman jahiliyyah dulu yang menyembah patung untuk lebih dekat kepada ALLAH, jauh sekali perbedaannya. Dan Al Albani juga menuduh orang-orang Sufi (ahli tasowwuf) sebagai orang yang mengaku mampu mengetahui ilmu gaib yang hanya diketahui oleh ALLAH. Al Albani salah dalam meyakini GHAIB, ada GHAIB yang memang disembunyikan ALLAH seperti datangnya hari kiamat, terjadinya takdir, tapi ada ghaib yang bisa diketahui oleh manusia atas kehendak ALLAH seperti orang bisa mengetahui alam jin, diberitahukan oleh ALLAH apa yang akan terjadi dan lain-lain. Orang-orang sufi mengetahui ilmu ghaib itu dari ALLAH juga bukan karena dirinya sendiri. Tidak bisa dkatakan tahunya orang-orang sufi tentang hal-hal gaib dianggap sebagai mensifati makhluk dengan sifat khusus bagi ALLAH, tuduhan syirik yang keji. Dan parahnya lagi menuduh orang-orang yang mengambil berkah kepada orang-orang sufi juga dianggap syirik, padahal mereka sama halnya dengan para sahabat Nabi SAW yang mengambil berkah air wudu'nya atau air keringatnya atau rambutnya Nabi SAW, silakan lihat hadits-hadits sohihnya di kitab shohih Muslim ada beberapa bab yang menjelaskan tentang berkahnya air wudu', keringat bahkan rambutnya Nabi SAW. Mereka hanya mengambil berkah bukan menyembahnya.
B. AL ALBANI ADALAH PENGANUT AJARAN WAHABI
Dalam halaman ini disebutkan bahwa kita disuruh membaca kitab-kitab Ibnu Taymiyah, Ibnul Qoyyim dan Ibnu Abdil Wahhab. Jelas di sini ternyata Al Albani adalah pengikut setia ajaran Wahabi yang dipelopori oleh Ibnu Abdil Wahhab (Muhammad bin Abdul Wahhab). Baca lagi sejarah hitam Ibnu Abdil Wahhab ini, bagaimana cara mereka berakidah, menyebarkan ajarannya, yang sudah mencoreng sejarah Islam di masanya. Banyak kuburan sahabat Nabi SAW di Baqi' hancur berantakan oleh kebiadaban ajaran akidah mereka.
C. AL ALBANI MENUDUH IMAM AL ASY'ARI DAN AL MATURIDI SALAH MEMAHAMI KALAMULLAAH
Al Albani mengatakan dalam halaman ini bahwa Ibnu Kilab dan Al Asy'ari meyakini bahwa kalam ALLAH itu adalah perintah, larangan, kabar dan meminta kabar, jika diibaratkan dengan bahasa Arab namanya Al Qur'an, jika bahasa Ibrani namanya Taurat. Dan Al Albani mengatakan bahwa Al Maturidi meyakini kalam ALLAH itu mengandung ma'na tegak pada Dzat-Nya
yaitu yang DIA ciptakan pada selain-Nya. Ini penjelasan sangat salah, tidak sesuai dengan ajaran Asy'ariyah dan Maturidiyah yaitu bahwa Kalam ALLAH itu Qodim, tidak berawal dan tidak berakhir dan tidak baru ada dan tidak berhuruf dan tidak bersuara.
Dalam halaman ini dinyatakan oleh Al Albani bahwa Asy'ariyah dan Maturidiyah itu orang-orang yang sama dengan Mu'tazilah yang meyakini Al Qur'an itu makhluk bukan Kalam ALLAH yang Qodim, mereka Asy'ariyah dan Maturidiyah itu menyembuyikan pengertian Al Qur'an adalah makhluk dalam penafsiran mereka bahwa Kalam ALLAH itu adalah kalam nafsi (perkataan ALLAH sendiri) yang Qodim tidak dapat didengar seorangpun dari malaikat maupun para Rosul, dan kata Al Albani bahwa Ibnu Taymiyah telah menolak penafsiran mereka, Asy'ariyah dan Maturidiyah. Tuduhan yang keji, beda sekali Mu'tazilah dengan kita, Asy'ariyah dan Maturidiyah.
Dalam halaman ini Al Albani mengatakan aliran Asy'ariyah itu sesat dan mengingkari hikmah.
D. AL ALBANI MEYAKINI BAHWA ALLAH BISA DILIHAT DI SORGA DENGAN BERHADAP-HADAPAN
Dalam halaman ini dinyatakan bahwa Nabi SAW menyatakan dalam haditsnya bahwa setiap orang Mu'min di sorga nanti melihat ALLAH SWT seperti kalian melihat bulan purnama di malam itu. Al Albani menafsirkan hadits ini dengan menyatakan bahwa persamaannya itu bukan persamaan yang dilihat (ALLAH) dengan yang dilihat (bulan purnama) tapi persamaan cara
melihat ALLAH dengan cara melihat bulan purnama yaitu saling berhadap-hadapan dan menunjukkan bahwa ALLAH itu ada di atas. Al Albani juga mengatakan tidak masuk akal melihat itu tanpa berhadapan, tidak masuk akal orang yang berkeyakinan bahwa melihat ALLAH itu tanpa berhubungan dengan arah depan/belakang/atas/bawah (seperti ajaran Asy'ariyah dan Maturidiyah). Al Albani meyakini ALLAH itu ada di atas, juga dia meyakini ALLAH itu bisa dilihat tanpa kayfiyat (cara) tapi
anehnya dalam tulisan di halaman ini Al Albani meyakini ALLAH dapat dilihat dengan cara berhadap-hadapan.
E. AKIDAH ALLAH DI ATAS, TURUN KE LANGIT DUNIA, DATANG DI AKHIRAT
Ketika Ath Thohawiyah menyatakan bahwa ALLAH tidak berhubungan dengan arah, Al Albani menyatakan dengan mengutip perkataan Ulamanya dia, Ibnu Mani', bahwa kalimat ALLAH tidak berhubungan dengan arah adalah tidak dikenal dalam aliran Ahlussunnah Wal Jama'ah, dan harus ditolak dengan Al Qur'an dan Sunnah. Dinyatakan dalam halaman ini pula bahwa ALLAH itu di atas para makhluk-Nya dan beristiwa' di 'Arsy dengan Dzat-Nya (diri ALLAH sendiri) dan turun tiap malam ke langit dunia dan akan datang di hari kiamat. Semuanya itu secara hakikat, tidak boleh menafsirkan YAD (tangan) ALLAH dengan kekuasaan-Nya, menafsirkan turunnya ALLAH ke langit dunia dengan turunnya perintah-Nya. Itu harus ditetapkan adanya
tanpa menetapkan caranya. Demikian pernyataan Ibnu Mani' dan Al Albani. Ibnu Mani' juga menyatakan bahwa perkataan Thohawi ini salah tapi Ibnu Mani' berbaik sangka saja karena Thohawi dikenal sebagai ulama besar seperti dijelaskan dalam kitab Lisanul Mizan.
Aneh ajaran Al Albani dan Ibnu Mani', mereka menjelaskan bahwa ALLAH itu duduk istiwa' di 'Arsy, turun ke langit dunia tiap malam, datang di hari kiamat, ini bukti jelas bahwa mereka menyamakan makhluk dengan ALLAH, tapi mereka menghindar dikatakan seperti itu, karena mereka hanya mengatakan adanya tanpa mengatakan bagaimana caranya. Perkataan ini juga bertentangan dengan penjelasan sebelumnya bahwa Al Albani menyatakan ALLAH dilihat di sorga dengan cara berhadap-hadapan. Mana yang benar dari 2 pernyataan ini ? Keyakinan mereka sama dengan ulama yang dikenal dalam sejarah pernah menyatakan ALLAH turun ke langit dunia seperti turunnya dia dari mimbarnya dan akibatnya ulama ini dlempari oleh-oleh para hadirin saat itu, dijelaskan dalam kitab Rihlah Ibnu Batuthoh.
Ini juga bukti lainnya ajaran mereka bahwa ALLAH ada di atas 'Arsy dan tidak ada makhluk lain di atas 'Arsy padahal di atas 'Arsy itu ada makhluk lain menurut hadits shohih berikut ini : "Ketika ALLAH menentukan qodo' kepada makhluk-Nya, ALLAH menulis pada kitab (Lauhul Mahfuzh) yang ada di sisi-Nya di atas 'Arsy". HR. Bukhori. Dalam halaman ini juga dijelaskan bahwa kitab Thohawiyah ada pemalsuan menurut mereka karena menghilangkan perkataan bahwa ALLAH ada di atas 'Arsy.
F. NERAKANYA ORANG MU'MIN AKAN LENYAP
Berikut ini keyakinan Al Albani akan lenyapnya nerakanya orang mu'min yang maksiat dan kekalnya nerakanya orang kafir, padahal Al Qur'an tidak pernah membagi neraka menjadi 2 bagian, nerakanya orang mu'min dan nerakanya orang kafir, yang ada hanya siksaan bagi orang mu'min yang maksiat akan dihentikan sesuai kadar amalnya dan kemudian dimasukkan ke dalam sorga, bukan nerakanya yang lenyap.
G. WALI TIDAK BERKAROMAH
Dalam halaman ini Al Albani meyakini para waliyyullaah itu bukan yang memiliki karomah dan kekuatan luar biasa, Al Albani menganggap karomah dan kekuatan luar biasa para waliyyullaah itu dianggap IHANAH,
penghinaan buat diri wali itu.
H. DOA DAN SEDEKAH BUAT MAYIT
Dalam halaman ini Ath Thohawi menerangkan bahwa doa dan sedekah oleh orang hidup bermanfaat untuk orang mati, cuma kata Al Albani ada penambahan kata manfaat sedangkan di naskah lain tidak ada. Al Albani menjelaskan doa-doa orang hidup siapa saja yang berdoa maka akan sampai ke orang mati, tetapi khusus sedekah Al Albani mengatakan bahwa itu khusus sedekah dari anaknya saja. Ini berbeda dengan keterangan Ath Thohawi yang tidak mengkhususkan sedekah anak untuk orang tuanya yang sudah wafat. Di beberapa hadits memang diterangkan para sahabat Nabi SAW seperti Sa'd bin 'Ubadah dibolehkan oleh Nabi SAW bersedekah untuk ibunya yang telah wafat dan ibunya menerma pahala sedekahnya tersebut
(HR. Muslim, kitab Subulussalam bab Wasiat), tapi Nabi SAW dalam hadits-hadits tersebut tidaklah membatasi hanya sedekah anak saja yang bermanfaat untuk orang tuanya yang telah wafat, itu hanyalah contoh bahwa sedekah dari orang hidup pahalanya sampai ke orang yang sudah wafat. Selama tidak ada keterangan pengkhususan maka tidak boleh dikhususkan.
Maha Suci ALLAH dari yang mereka tuduhkan. Kembalilah ke ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Asy'ariyah dan Maturidiyah, yang terbukti benar.
A. PEMBAGIAN SYIRIK MENURUT AL ALBANI
Syirik menurut Al Albani dibagi 3 yaitu
1. Syirik pada Rububiyah yaitu meyakini bahwa ada pencipta selain ALLAH,
2. Syirik pada Uluhiyah atau 'Ubudiyah (Penyembahan) yaitu menyembah selain ALLAH seperti menyembah para Nabi, orang-orang soleh, bersamaan dengan menyembah ALLAH, seperti melakukan ISTIGHOTSAH yaitu minta tolong dan memanggil selain ALLAH di kala kesusahan atau disebut pula sebagai TAWASSUL,
3. Syirik pada Sifat, yaitu mensifati sebagian makhluk dengan sebagian sifat yang khusus bagi ALLAH seperti yang dilakukan oleh orang-orang tasowwuf dan orang-orang yang mengambil berkah dari mereka.
Di halaman ini Al Albani menuduh orang-orang yang melakukan ISTIGHOTSAH dan TAWASSUL sebagai penyembah selain ALLAH bersamaan menyembah ALLAH, suatu tuduhan syirik yang keji dan bisa kembali ke dirinya. Orang-orang yang beristigotsah dan tawassul mereka tidaklah melakukan penyembahan kepada selain ALLAH, tidak menyembah kepada perantara mereka ke ALLAH, mereka bukan seperti orang-orang musyrik zaman jahiliyyah dulu yang menyembah patung untuk lebih dekat kepada ALLAH, jauh sekali perbedaannya. Dan Al Albani juga menuduh orang-orang Sufi (ahli tasowwuf) sebagai orang yang mengaku mampu mengetahui ilmu gaib yang hanya diketahui oleh ALLAH. Al Albani salah dalam meyakini GHAIB, ada GHAIB yang memang disembunyikan ALLAH seperti datangnya hari kiamat, terjadinya takdir, tapi ada ghaib yang bisa diketahui oleh manusia atas kehendak ALLAH seperti orang bisa mengetahui alam jin, diberitahukan oleh ALLAH apa yang akan terjadi dan lain-lain. Orang-orang sufi mengetahui ilmu ghaib itu dari ALLAH juga bukan karena dirinya sendiri. Tidak bisa dkatakan tahunya orang-orang sufi tentang hal-hal gaib dianggap sebagai mensifati makhluk dengan sifat khusus bagi ALLAH, tuduhan syirik yang keji. Dan parahnya lagi menuduh orang-orang yang mengambil berkah kepada orang-orang sufi juga dianggap syirik, padahal mereka sama halnya dengan para sahabat Nabi SAW yang mengambil berkah air wudu'nya atau air keringatnya atau rambutnya Nabi SAW, silakan lihat hadits-hadits sohihnya di kitab shohih Muslim ada beberapa bab yang menjelaskan tentang berkahnya air wudu', keringat bahkan rambutnya Nabi SAW. Mereka hanya mengambil berkah bukan menyembahnya.
B. AL ALBANI ADALAH PENGANUT AJARAN WAHABI
Dalam halaman ini disebutkan bahwa kita disuruh membaca kitab-kitab Ibnu Taymiyah, Ibnul Qoyyim dan Ibnu Abdil Wahhab. Jelas di sini ternyata Al Albani adalah pengikut setia ajaran Wahabi yang dipelopori oleh Ibnu Abdil Wahhab (Muhammad bin Abdul Wahhab). Baca lagi sejarah hitam Ibnu Abdil Wahhab ini, bagaimana cara mereka berakidah, menyebarkan ajarannya, yang sudah mencoreng sejarah Islam di masanya. Banyak kuburan sahabat Nabi SAW di Baqi' hancur berantakan oleh kebiadaban ajaran akidah mereka.
C. AL ALBANI MENUDUH IMAM AL ASY'ARI DAN AL MATURIDI SALAH MEMAHAMI KALAMULLAAH
Al Albani mengatakan dalam halaman ini bahwa Ibnu Kilab dan Al Asy'ari meyakini bahwa kalam ALLAH itu adalah perintah, larangan, kabar dan meminta kabar, jika diibaratkan dengan bahasa Arab namanya Al Qur'an, jika bahasa Ibrani namanya Taurat. Dan Al Albani mengatakan bahwa Al Maturidi meyakini kalam ALLAH itu mengandung ma'na tegak pada Dzat-Nya
yaitu yang DIA ciptakan pada selain-Nya. Ini penjelasan sangat salah, tidak sesuai dengan ajaran Asy'ariyah dan Maturidiyah yaitu bahwa Kalam ALLAH itu Qodim, tidak berawal dan tidak berakhir dan tidak baru ada dan tidak berhuruf dan tidak bersuara.
Dalam halaman ini dinyatakan oleh Al Albani bahwa Asy'ariyah dan Maturidiyah itu orang-orang yang sama dengan Mu'tazilah yang meyakini Al Qur'an itu makhluk bukan Kalam ALLAH yang Qodim, mereka Asy'ariyah dan Maturidiyah itu menyembuyikan pengertian Al Qur'an adalah makhluk dalam penafsiran mereka bahwa Kalam ALLAH itu adalah kalam nafsi (perkataan ALLAH sendiri) yang Qodim tidak dapat didengar seorangpun dari malaikat maupun para Rosul, dan kata Al Albani bahwa Ibnu Taymiyah telah menolak penafsiran mereka, Asy'ariyah dan Maturidiyah. Tuduhan yang keji, beda sekali Mu'tazilah dengan kita, Asy'ariyah dan Maturidiyah.
Dalam halaman ini Al Albani mengatakan aliran Asy'ariyah itu sesat dan mengingkari hikmah.
D. AL ALBANI MEYAKINI BAHWA ALLAH BISA DILIHAT DI SORGA DENGAN BERHADAP-HADAPAN
Dalam halaman ini dinyatakan bahwa Nabi SAW menyatakan dalam haditsnya bahwa setiap orang Mu'min di sorga nanti melihat ALLAH SWT seperti kalian melihat bulan purnama di malam itu. Al Albani menafsirkan hadits ini dengan menyatakan bahwa persamaannya itu bukan persamaan yang dilihat (ALLAH) dengan yang dilihat (bulan purnama) tapi persamaan cara
melihat ALLAH dengan cara melihat bulan purnama yaitu saling berhadap-hadapan dan menunjukkan bahwa ALLAH itu ada di atas. Al Albani juga mengatakan tidak masuk akal melihat itu tanpa berhadapan, tidak masuk akal orang yang berkeyakinan bahwa melihat ALLAH itu tanpa berhubungan dengan arah depan/belakang/atas/bawah (seperti ajaran Asy'ariyah dan Maturidiyah). Al Albani meyakini ALLAH itu ada di atas, juga dia meyakini ALLAH itu bisa dilihat tanpa kayfiyat (cara) tapi
anehnya dalam tulisan di halaman ini Al Albani meyakini ALLAH dapat dilihat dengan cara berhadap-hadapan.
E. AKIDAH ALLAH DI ATAS, TURUN KE LANGIT DUNIA, DATANG DI AKHIRAT
Ketika Ath Thohawiyah menyatakan bahwa ALLAH tidak berhubungan dengan arah, Al Albani menyatakan dengan mengutip perkataan Ulamanya dia, Ibnu Mani', bahwa kalimat ALLAH tidak berhubungan dengan arah adalah tidak dikenal dalam aliran Ahlussunnah Wal Jama'ah, dan harus ditolak dengan Al Qur'an dan Sunnah. Dinyatakan dalam halaman ini pula bahwa ALLAH itu di atas para makhluk-Nya dan beristiwa' di 'Arsy dengan Dzat-Nya (diri ALLAH sendiri) dan turun tiap malam ke langit dunia dan akan datang di hari kiamat. Semuanya itu secara hakikat, tidak boleh menafsirkan YAD (tangan) ALLAH dengan kekuasaan-Nya, menafsirkan turunnya ALLAH ke langit dunia dengan turunnya perintah-Nya. Itu harus ditetapkan adanya
tanpa menetapkan caranya. Demikian pernyataan Ibnu Mani' dan Al Albani. Ibnu Mani' juga menyatakan bahwa perkataan Thohawi ini salah tapi Ibnu Mani' berbaik sangka saja karena Thohawi dikenal sebagai ulama besar seperti dijelaskan dalam kitab Lisanul Mizan.
Aneh ajaran Al Albani dan Ibnu Mani', mereka menjelaskan bahwa ALLAH itu duduk istiwa' di 'Arsy, turun ke langit dunia tiap malam, datang di hari kiamat, ini bukti jelas bahwa mereka menyamakan makhluk dengan ALLAH, tapi mereka menghindar dikatakan seperti itu, karena mereka hanya mengatakan adanya tanpa mengatakan bagaimana caranya. Perkataan ini juga bertentangan dengan penjelasan sebelumnya bahwa Al Albani menyatakan ALLAH dilihat di sorga dengan cara berhadap-hadapan. Mana yang benar dari 2 pernyataan ini ? Keyakinan mereka sama dengan ulama yang dikenal dalam sejarah pernah menyatakan ALLAH turun ke langit dunia seperti turunnya dia dari mimbarnya dan akibatnya ulama ini dlempari oleh-oleh para hadirin saat itu, dijelaskan dalam kitab Rihlah Ibnu Batuthoh.
Ini juga bukti lainnya ajaran mereka bahwa ALLAH ada di atas 'Arsy dan tidak ada makhluk lain di atas 'Arsy padahal di atas 'Arsy itu ada makhluk lain menurut hadits shohih berikut ini : "Ketika ALLAH menentukan qodo' kepada makhluk-Nya, ALLAH menulis pada kitab (Lauhul Mahfuzh) yang ada di sisi-Nya di atas 'Arsy". HR. Bukhori. Dalam halaman ini juga dijelaskan bahwa kitab Thohawiyah ada pemalsuan menurut mereka karena menghilangkan perkataan bahwa ALLAH ada di atas 'Arsy.
F. NERAKANYA ORANG MU'MIN AKAN LENYAP
Berikut ini keyakinan Al Albani akan lenyapnya nerakanya orang mu'min yang maksiat dan kekalnya nerakanya orang kafir, padahal Al Qur'an tidak pernah membagi neraka menjadi 2 bagian, nerakanya orang mu'min dan nerakanya orang kafir, yang ada hanya siksaan bagi orang mu'min yang maksiat akan dihentikan sesuai kadar amalnya dan kemudian dimasukkan ke dalam sorga, bukan nerakanya yang lenyap.
G. WALI TIDAK BERKAROMAH
Dalam halaman ini Al Albani meyakini para waliyyullaah itu bukan yang memiliki karomah dan kekuatan luar biasa, Al Albani menganggap karomah dan kekuatan luar biasa para waliyyullaah itu dianggap IHANAH,
penghinaan buat diri wali itu.
H. DOA DAN SEDEKAH BUAT MAYIT
Dalam halaman ini Ath Thohawi menerangkan bahwa doa dan sedekah oleh orang hidup bermanfaat untuk orang mati, cuma kata Al Albani ada penambahan kata manfaat sedangkan di naskah lain tidak ada. Al Albani menjelaskan doa-doa orang hidup siapa saja yang berdoa maka akan sampai ke orang mati, tetapi khusus sedekah Al Albani mengatakan bahwa itu khusus sedekah dari anaknya saja. Ini berbeda dengan keterangan Ath Thohawi yang tidak mengkhususkan sedekah anak untuk orang tuanya yang sudah wafat. Di beberapa hadits memang diterangkan para sahabat Nabi SAW seperti Sa'd bin 'Ubadah dibolehkan oleh Nabi SAW bersedekah untuk ibunya yang telah wafat dan ibunya menerma pahala sedekahnya tersebut
(HR. Muslim, kitab Subulussalam bab Wasiat), tapi Nabi SAW dalam hadits-hadits tersebut tidaklah membatasi hanya sedekah anak saja yang bermanfaat untuk orang tuanya yang telah wafat, itu hanyalah contoh bahwa sedekah dari orang hidup pahalanya sampai ke orang yang sudah wafat. Selama tidak ada keterangan pengkhususan maka tidak boleh dikhususkan.
Maha Suci ALLAH dari yang mereka tuduhkan. Kembalilah ke ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Asy'ariyah dan Maturidiyah, yang terbukti benar.