SALAFI PECAH-BELAH
Oleh: Abu Rifa Al-Puari
Salafi meyakini bahwa hanya ada satu golongan yang selamat dan masuk syurga, yakni salafi, dari sekian banyak golongan yang ada saat ini (73 golongan). Salafi menggunakan landasan hadits Nabi saw, berikut ini:
Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan."Ditanyakan kepada beliau: "Siapakah mereka, wahai Rasul Allah?" Beliau menjawab: "Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku." (HR Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darami dan Al-Hakim).
Kemudian diperkuat lagi dengan kaidah yang mereka gunakan bahwa
“Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali”, kebenaran yang satu ada pada salafi!
Keyakinan ini berdasarkan hadits Nabi saw:
Rasulullah saw bersabda: ‘Inilah jalan Allah yang lurus’ Lalu beliau membuat beberapa garis kesebelah kanan dan kiri, kemudian beliau bersabda: ‘Inilah jalan-jalan (yang begitu banyak) yang bercerai-berai, atas setiap jalan itu terdapat syaithan yang mengajak kearahnya’
(HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim) lihat 1, hal 47-48
Kemudian beliau membaca ayat, yang artinya:
Dan (katakanlah): ‘Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa (Al-An’am 153).
Sehingga salafi meyakini bahwa semua golongan sesat, bid’ah, tidak selamat dan tidak masuk syurga.
Dengan keyakinan ini maka salafi merasa dirinya paling benar (karakter 1),
sedangkan ulama/golongan lain selalu salah, sesat dan bid’ah.
Sehingga golongan sesat dan bid’ah ini layak untuk dicela (karakter 2), harus diungkapkan semua keburukannya dan jangan diungkapkan secuil-pun kebaikannya, karena khawatir nanti diikuti oleh umat Islam. lihat 4, hal 28-29
Sehingga bertaburanlah dalam pengajian, daurah, seminar, buku-buku dan website-website salafi pernyataan bahwa hanya salafi-lah yang paling sesuai dengan as-sunnah dan celaan sesat dan bid’ah kepada ulama/golongan selain salafi.
Berpecah-belah sesamanya
Tetapi ada satu hal yang aneh dan sangat bertolak belakang dengan keyakinan diatas, pada saat kita mencoba lebih jauh mengenal salafi maka akan dijumpai fakta bahwa secara internal salafi berpecah-belah sesamanya.
Salafi yang satu meyakini bahwa dirinya paling benar dan yang lain sesat, sehingga mereka mencela salafi yang lain dan ditahdzir (diperingatkan) agar segera bertaubat. Sedangkan salafi yang dicela juga mengatakan hal yang sama, bahwa merekalah yang paling benar dan yang lain sesat.
Hal ini terjadi, kemungkinan besar karena karakter salafi yang merasa dirinya paling benar (karakter 1), sehingga sesama mereka sendiri saling berselisih, mau menang sendiri dan mencela satu sama lain (karakter 2).
Berikut ini beberapa pernyataan dari beberapa orang
1. Abdurahman Wonosari:
Berkaitan dengan fitnah tahazzub, yang dinukilkan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi, dengannya memecah-belah barisan salafiyyin dimana-mana, termasuk di Indonesia. Kemudian fitnah yang ditimbulkan oleh Yayasan Ihya' ut Turots yang dipimpin oleh Abdurahman Abdul Kholiq serta Abdullah as Sabt.
Abdurahman Abdul Khaliq telah dinasihati secara keras dan sebagian Ulama' menyebutnya sebagai mubtadi'. Adapun Jum'iyyah Ihya' ut Turots dan Abdurahman Abdul Khaliq telah berhasil menyusupkan perpecahan sehingga mencerai-beraikan Salafiyyin di Indonesia. Apakah Jum'iyah Ihya' ut Turots (disingkat JI) ini memecah-belah dengan pemikiran, kepandaian,gaya bicara mereka saja? lihat 6
2. Abu Ubaidah Syafrudin:
Bahkan sampai ta'ashub dengan kelompoknya, golongannya, sehingga menyatakan bahwa salafy yang murni adalah kelompok salafy yang ada di tempat fulani dan berada di bawah ustadz fulan. lihat 6
Perpecahan internal ini bisa sangat tajam, sehingga kata-kata yang diucapkan bisa sangat kasar, sehingga tidak layak diucapkan oleh seorang hamilud da’wah (pengemban da’wah),
3. Abdul Mu’thi:
Khususnya yang berkenaan tentang Abu Nida', Aunur Rafiq, Ahmas Faiz serta kecoak-kecoak yang ada di bawah mereka. Mereka ternyata tidak berubah seperti sedia kala, dalam mempertahankan hizbiyyah yang ada pada mereka. lihat 6
4. Muhammad Umar As-Sewed:
Adapun Abdul Hakim Amir Abdat dari satu sisi lebih parah dari mereka, dan sisi lain sama saja. Bahwasanya dia ini, dari satu sisi lebih parah karena dia otodidak dan tidak jelas belajarnya, sehingga lebih parah karena banyak menjawab dengan pikirannya sendiri. Memang dengan hadits tetapi kemudian hadits diterangkan dengan pikirannya sendiri, sehingga terlalu berbahaya.
Ini kekurangan ajarannya Abdul Hakim ini disebabkan karena dia menafsirkan seenak sendiri dan memahami seenaknya sendiri. Tafsirnya dengan Qultu, saya katakan, saya katakan , begitu. Ya.., di dalam riwayat ini…ini… dan saya katakan, seakan-akan dia kedudukannya seperti para ulama, padahal dari mana dia belajarnya.
Ketika ditanyakan tentang Abdul Hakim , "Siapa?", lalu diterangkan kemudian sampai pada pantalon (celana tipis yang biasa dipakai untuk acara resmi ala Barat, red), “Hah huwa Mubanthal (pemakai panthalon, celana panjang biasa yang memperlihatkan pantatnya dan kemaluannya itu)" lihat 2
5. Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji:
KITA KATAKAN: apalagi yang kalian tunggu wahai hizbiyyun? Abu Nida’, Ahmas Faiz dan kelompok kalian At-Turatsiyyin!! Bukankah kalian menunggu pernyataan dari Kibarul Ulama’? Bahkan “kita hadiahkan” kepada kalian fatwa dari barisan ulama salafiyyin yang mentahdzir Big Boss kalian!! Kenapa kalian tidak bara’ dan lari dari At-Turats?! Mengapa kalian masih tetap menjilat dan mengais-ngais makanan, proyek-proyek darinya?! lihat 5
Walhasil, perpecahan diantara salafi terjadi beberapa kelompok dan diantara mereka merasa paling dirinya paling benar.
Kelompok-kelompok yang berpecah-belah dan saling menganggap sesat itu antara lain:
1. Kelompok Al-Muntada (sururiyah)
yang didirikan oleh Salafi London yakni Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin, kemudian di Indonesia membentuk kelompok Al-Sofwah dan Al-Haramain dengan pentolannya Muhammad Kholaf, Abdul Hakim bin Abdat, Yazid bin Abdul Qadir Jawwas, Ainul Harits (Jakarta) dan Abu Haidar (As-Sunnah Bandung).
Ini juga dari kedustaan dia, membangun masjidnya ahlul bid'ah, banyak ya…. Hadza Al-Sofwah, dan Yazid Jawwas mengatakan "Al-Sofwah itu Salafy", padahal tadinya ketika dia masih sama kita dia mengatakan bahwa Al-Sofwa itu ikhwani, Surury, tapi ketika dia bersama mereka sudah meninggalkan Salafiyyin, terus omongnya sudah lain.
Sehingga apa yang mereka sebarkan dari prinsip-prinsip ikhwaniyyah dan Sururiyyah ini, adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan Sunnah Rasulullah, dan bertentangan dengan 180 derajat. lihat 2
2. Kemudian kelompok Jami’yatuts Turots Al-Islamiyah (lembaga warisan Islam)
yang didirikan oleh salafi Kuwait Abdurrahman Abdul Khaliq, di Indonesia membentuk kelompok Ma'had Jamilurahman As-Salafy dan Islamic Center Bin Baaz (Jogya) dengan pentolannya Abu Nida’, Aunur Rafiq Ghufron (Ma'had Al-Furqan Gresik), Ahmad Faiz (Ma’had Imam Bukhari Solo), dll.
Lantas bagaimana menyikapi orang-orang at Turots/Abu Nida' cs ini ?
Syaikh Muqbil memberikan kaidah tentang orang-orang yang padanya ada pemikiran hizbiyah, bahkan Abdurahman Abdul Kholiq dicap adalah mubtadi'. Dengan keadaan Abu Nida' yang demikian, apakah sudah bisa memastikan bahwa Abu Nida' adalah hizbi ? Ya (Syaikh Yahya al Hajuri).
Disinilah perlunya membedakan antara Salafiyyin dan At Turots, sebagaimana Allah tegaskan tidak akan sama orang yang berilmu dan beramal, dibanding orang yang beramal dengan kejahilan. lihat 6
3. Ada lagi kelompok salafi lain seperti FK Ahlussunnah wal jamaah dan Lasykar Jihad yang didirikan oleh Ja’far Umar Thalib, yang juga dianggap sesat oleh salafi lainnya.
Beberapa komentar dari mereka
Abdurahman Wonosari:
Sebagian orang menganggap kita yang telah berlepas diri dari kesesatan Ja'far Umar Thalib (JUT). Namun ketika jelas setelah nasihat dari para Ulama' atas JUT, namun dia enggan menerimanya bahkan justru dia meninggalkan kita, maka Allah memudahkan kita berlepas diri daripadanya. Bahkan memudahkan syabab kembali kepada Al Haq, tanpa harus bersusah-payah. Padahal sebelumnya, banyak yang ingin menjatuhkan JUT dari sisi akhlak dan muammalahnya.
Qadarallah, selama ini kita disibukkan dengan jihad (th 2000 - 2002), yang dengan jihad tercapai kebaikan-kebaikan, tidak diingkari juga adanya terjerumusnya dalam perkara siyasah/politik. Dan hal ini, membikin syaikh Rabi' bin Hadi menasehatkan dengan menyatakan : "Dulunya jihad kalian adalah jihad Salafy, kemudian berubah menjadi jihad ikhwani."
Mendengar peringatan yang demikian, alhamdulillah, Allah sadarkan kita semua, langsung bangkit dan kemudian berusaha membubarkan FKAWJ (Forum Komunikasi Ahlusunnah wal Jama'ah, red) dan menghentikan komandonya JUT (Laskar Jihad Ahlusunnah wal Jama'ah, red). Alhamdulillah. lihat 6
Kemudian kelompok salafi lainnya Ponpes Dhiyaus Sunnah (Cirebon) dengan Muhammad Umar As-Sewed. lihat 2 dan 6
Kelompok yang satu ini merasa salafi yang paling asli diantara salafi-salafi asli lainya, karena merujuk kepada ulama-ulama salafi Saudi.
Saking kerasnya pertentangan diantara kelompok salafi itu, mereka memperlakukan kelompok salafi lain telah keluar dari salafi dan dianggap sesat dan bid’ah oleh salafi lainnya,
Muhammad Umar As-Sewed (Cirebon):
Dalam syarhus Sunnah dalam aqidatus salaf ashabul hadits, kemudian dalam Syariah Al-Ajurry, kemudian Minhaj Firqatun najiyah Ibnu Baththah, itu semua ada. Yang menunjukkan mereka semua sepakat untuk memperingatkan ummat dari ahlul bid'ah dan mentahdzir ahlul bid'ah, membenci mereka, menghajar mereka, memboikot mereka dan tidak bermajlis dengan mereka, itu sepakat. Sehingga apa yang mereka sebarkan dari prinsip-prinsip ikhwaniyyah dan Sururiyyah ini, adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan Sunnah Rasulullah, dan bertentangan dengan 180 derajat. lihat 2
Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, di negara-negara Arab-pun juga demikian, diantara ulama salafi sendiri meng-klaim merekalah salafi yang asli dan harus diikuti, sedangkan yang lain sesat dan harus dihindari pengajian-pengajian, buku-buku dan kaset-kasetnya. Salafi yang merasa asli menyatakan bahwa merekalah pengikut shalafush shalih yang benar, sedangkan salafi yang lain hanya mengaku-ngaku saja sebagai salafi. Begitu juga sebaliknya!
Kelompok ulama mereka pun terpecah
Ada kelompok ulama semisal Abdullah bin Abdil Aziz bin Baz, Shalih bin Fauzan Al Fauzan, Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Muhammad bin Rabi’ Al-Madkhali, dll. (Saudi), Muqbil bin Haadi, Yahya Al-Hajuri (Yaman), Muhammad bin Abdurrahman Al-Maghrawi (Maroko), Falah bin Ismail, Falah bin Tsani As-Su’aidi, Walid Al-Kandari, Mubarak bin Saif Al-Hajiri (Kuwait).
Disisi lain terdapat pula ulama salafi yang mereka anggap sesat semisal Abdurrahman Abdul Khaliq (Kuwait), Muhammad Quthb (ex IM yang dianggap masuk salafi), Muhammad Surur bin Nayif Zainal (London), dll. lihat 5 Abdurrahman Abdul Khaliq misalnya, beliau mendirikan Jami’yatuts Turots Al-Islamiyah (lembaga warisan Islam) di Kuwait juga menggunakan landasan yang sama sebagai salafi, yakni menyatukan langkah dengan menjadikan Al-Quran dan as-sunnah serta mengikuti salafush shalih sebagai sumber tasyri’, mengembalikan setiap persoalan kepada kalamullah dan rasul-Nya. lihat 7 hal 11
Tetapi Abdurrahman Abdul Khaliq dianggap sesat dan bid’ah oleh salafi yang lain, karena beliau membentuk hizbi. lihat 6
Begitu juga Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin yang mendirikan Al-Muntada di London, juga mengaku sebagai salafi. Tetapi karena beliau mengkritik dengan keras kebijakan kerajaan Saudi yang bersekutu dengan kafir AS untuk memerangi Iraq pada perang teluk, beliau juga mencela ulama-ulama yang menjadi budak kerajaan Saudi dengan mecari-carikan dalil yang sesuai dengan kebijakan penguasa kerajaan. lihat 4, hal 78-82 catatan kaki Disamping itu beliau menggunakan prinsip Ikhwanul Muslimin: “Nata’awan fima tafakna wa na’dziru ba’dina ba’don fi makhtalahna” atau "Kita saling kerjasama apa yang kita sepakati dan kita hormat-menghormati saling memaklumi apa yang kita berbeda". lihat 2 Sehingga beliau dianggap sesat dan bukan lagi sebagai salafi.
Sungguh menggelikan, satu-satunya golongan yang mengaku selamat dan masuk syurga, menganjurkan umat Islam untuk tidak berpecah-belah dan hanya menyatu dalam satu golongan saja (salafi), serta menganggap golongan lain sesat dan bid’ah.
Tetapi secara internal berpecah-belah sesamanya, baik di Indonesia maupun di daerah Arab dan sekitarnya.
Sangat kontradiksi bukan?,
disatu sisi menganjurkan umat Islam untuk bersatu tetapi disisi lain internal salafi berpecah-belah. Kecenderungan salafi untuk mencela golongan lain sebagai sesat dan bid’ah sehingga “terkesan” salafi memecah belah persatuan umat, apakah hal ini dimaksudkan karena mereka tidak rela bahwa hanya salafi saja yang berpecah-belah, sedangkan golongan lain tidak?
Silahkan nilai sendiri!
Wallahua’lam
Khatimah:
1.1. Karakter salafi berupa “Merasa dirinya paling benar” (karakter 1) dan kebiasaan “mencela golongan/ulama lain” (karakter 2) yang berseberangan pendapat dengan mereka bukanlah issu semata, tetapi dapat dibuktikan melalui fakta yang terjadi diinternal salafi sendiri.
2.2. Karakter salafi yang merasa paling benar sendiri, menimbulkan perpecahan internal salafi. Ini merupakan hal yang wajar, golongan manapun jika mendahulukan egoisme dan hawa nafsu belaka maka akan berpecah-belah.
Sedangkan golongan-golongan Islam lain, tidak mengalami perpecahan internal separah yang dialami salafi, bahkan secara internal mereka solid. Kita bisa merujuk kepada NU, Muhammadiyah, Ikhwanul Muslimin/Tarbiyah/PKS, Hizbut Tahrir, Persis, Al-Irsyad, Jamaah Tabligh, dll, mereka lebih tahan terhadap perpecahan internal karena karakter mereka memang beda dengan salafi (karakter 1 dan 2)
3. 3. Perpecahan salafi menjadi beberapa kelompok antara lain: kelompok Al-Sofwah & Al-Haramain Jakarta; Imam Bukhari Solo, Al-Furqan Gresik, Islamic Center Bin Baaz & Jamilurahman As-Salafy Jogya; FKAWJ & Lasykar Jihad Jakarta; Dhiyaus Sunnah Cirebon. Ini belum termasuk kelompok salafi yang telah ditahdzir dan kemudian taubat, tetapi tidak bergabung dengan salafi “asli” dan membentuk kelompok sendiri.
4. 4. Orang awam yang baru mengenal salafi menjadi kebingungan, bagaimana mungkin satu golongan yang meyakini selamat dan masuk syurga, tetapi secara internal mereka sendiri berpecah-belah. Lantas mana golongan salafi yang asli, yang selamat dan masuk syurga itu?. Kembali kepada kaidah yang diyakini salafi: “Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali”, maka berarti salah satu salafi saja yang asli dan yang lain sesat dan bid’ah, atau bisa jadi semuanya salafi palsu!
5. 5. Dengan memahami karakter asli salafi, kita bisa berlapang dada jika dicela sesat dan bid’ah oleh salafi, karena jangankan anda sesama salafi sendiri saja saling mencela sebagai sesat dan bid’ah.
Lantas apakah perlu dilayani jika anda dicela sesat dan bid’ah?
Tidak perlu, karena tidak ada gunanya berdiskusi dengan orang yang merasa paling benar dan golongan lain selalu salah. Diskusi yang sehat adalah untuk “mencari kebenaran bukan kemenangan”, mencari hujjah yang paling kuat (quwwatut dalil). Jika meyakini hujjah lawan diskusi lebih kuat maka dengan lapang hati menerimanya, tetapi jika tidak ada titik temu dalam diskusi maka masing-masing harus menghargai perbedaan ijtihadnya.
Jadi, sebaiknya dalam menghadapi salafi adalah dengan tidak menghadapinya.
Maraji’:
1. Risalah Bid’ah, Abdul Hakim bin Amir Abdat
2. www.salafy.or.id: manhaj:”Sururiyyah terus melanda muslimin Indonesia”, Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji
3. Lihat juga www.assunnah.or.id
4. Menepis penyimpangan manhaj dakwah, Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi
5. www.salafy.or.id, manhaj: Ulama berbaris tolak JI (Jum'iyah Ihya' ut Turots), Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji
6. www.salafy.or.id, manhaj: “Bahaya jaringan JI dari Kuwait dan At Turots”, Abdul Mu'thi, Abu Ubaidah Syafrudin dan Abdurahman Wonosari
7. 10 wasiat bekal aktifis dakwah dan harokah, Abdurrahman Abdul Khaliq
8. Mendudukkan antara sunnah dan bid’ah, Lajnah Ihya’ut Turats Al-Islamiy
9. Lihat juga www.atturots.or.id
10. Lihat juga
sumber http://abuumar.multiply.com/journal/item/98/Perang_Sesama_Salafi
Oleh: Abu Rifa Al-Puari
Salafi meyakini bahwa hanya ada satu golongan yang selamat dan masuk syurga, yakni salafi, dari sekian banyak golongan yang ada saat ini (73 golongan). Salafi menggunakan landasan hadits Nabi saw, berikut ini:
Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan."Ditanyakan kepada beliau: "Siapakah mereka, wahai Rasul Allah?" Beliau menjawab: "Orang-orang yang mengikutiku dan para sahabatku." (HR Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad-Darami dan Al-Hakim).
Kemudian diperkuat lagi dengan kaidah yang mereka gunakan bahwa
“Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali”, kebenaran yang satu ada pada salafi!
Keyakinan ini berdasarkan hadits Nabi saw:
Rasulullah saw bersabda: ‘Inilah jalan Allah yang lurus’ Lalu beliau membuat beberapa garis kesebelah kanan dan kiri, kemudian beliau bersabda: ‘Inilah jalan-jalan (yang begitu banyak) yang bercerai-berai, atas setiap jalan itu terdapat syaithan yang mengajak kearahnya’
(HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim) lihat 1, hal 47-48
Kemudian beliau membaca ayat, yang artinya:
Dan (katakanlah): ‘Sesungguhnya inilah jalanku yang lurus maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa (Al-An’am 153).
Sehingga salafi meyakini bahwa semua golongan sesat, bid’ah, tidak selamat dan tidak masuk syurga.
Dengan keyakinan ini maka salafi merasa dirinya paling benar (karakter 1),
sedangkan ulama/golongan lain selalu salah, sesat dan bid’ah.
Sehingga golongan sesat dan bid’ah ini layak untuk dicela (karakter 2), harus diungkapkan semua keburukannya dan jangan diungkapkan secuil-pun kebaikannya, karena khawatir nanti diikuti oleh umat Islam. lihat 4, hal 28-29
Sehingga bertaburanlah dalam pengajian, daurah, seminar, buku-buku dan website-website salafi pernyataan bahwa hanya salafi-lah yang paling sesuai dengan as-sunnah dan celaan sesat dan bid’ah kepada ulama/golongan selain salafi.
Berpecah-belah sesamanya
Tetapi ada satu hal yang aneh dan sangat bertolak belakang dengan keyakinan diatas, pada saat kita mencoba lebih jauh mengenal salafi maka akan dijumpai fakta bahwa secara internal salafi berpecah-belah sesamanya.
Salafi yang satu meyakini bahwa dirinya paling benar dan yang lain sesat, sehingga mereka mencela salafi yang lain dan ditahdzir (diperingatkan) agar segera bertaubat. Sedangkan salafi yang dicela juga mengatakan hal yang sama, bahwa merekalah yang paling benar dan yang lain sesat.
Hal ini terjadi, kemungkinan besar karena karakter salafi yang merasa dirinya paling benar (karakter 1), sehingga sesama mereka sendiri saling berselisih, mau menang sendiri dan mencela satu sama lain (karakter 2).
Berikut ini beberapa pernyataan dari beberapa orang
1. Abdurahman Wonosari:
Berkaitan dengan fitnah tahazzub, yang dinukilkan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi, dengannya memecah-belah barisan salafiyyin dimana-mana, termasuk di Indonesia. Kemudian fitnah yang ditimbulkan oleh Yayasan Ihya' ut Turots yang dipimpin oleh Abdurahman Abdul Kholiq serta Abdullah as Sabt.
Abdurahman Abdul Khaliq telah dinasihati secara keras dan sebagian Ulama' menyebutnya sebagai mubtadi'. Adapun Jum'iyyah Ihya' ut Turots dan Abdurahman Abdul Khaliq telah berhasil menyusupkan perpecahan sehingga mencerai-beraikan Salafiyyin di Indonesia. Apakah Jum'iyah Ihya' ut Turots (disingkat JI) ini memecah-belah dengan pemikiran, kepandaian,gaya bicara mereka saja? lihat 6
2. Abu Ubaidah Syafrudin:
Bahkan sampai ta'ashub dengan kelompoknya, golongannya, sehingga menyatakan bahwa salafy yang murni adalah kelompok salafy yang ada di tempat fulani dan berada di bawah ustadz fulan. lihat 6
Perpecahan internal ini bisa sangat tajam, sehingga kata-kata yang diucapkan bisa sangat kasar, sehingga tidak layak diucapkan oleh seorang hamilud da’wah (pengemban da’wah),
3. Abdul Mu’thi:
Khususnya yang berkenaan tentang Abu Nida', Aunur Rafiq, Ahmas Faiz serta kecoak-kecoak yang ada di bawah mereka. Mereka ternyata tidak berubah seperti sedia kala, dalam mempertahankan hizbiyyah yang ada pada mereka. lihat 6
4. Muhammad Umar As-Sewed:
Adapun Abdul Hakim Amir Abdat dari satu sisi lebih parah dari mereka, dan sisi lain sama saja. Bahwasanya dia ini, dari satu sisi lebih parah karena dia otodidak dan tidak jelas belajarnya, sehingga lebih parah karena banyak menjawab dengan pikirannya sendiri. Memang dengan hadits tetapi kemudian hadits diterangkan dengan pikirannya sendiri, sehingga terlalu berbahaya.
Ini kekurangan ajarannya Abdul Hakim ini disebabkan karena dia menafsirkan seenak sendiri dan memahami seenaknya sendiri. Tafsirnya dengan Qultu, saya katakan, saya katakan , begitu. Ya.., di dalam riwayat ini…ini… dan saya katakan, seakan-akan dia kedudukannya seperti para ulama, padahal dari mana dia belajarnya.
Ketika ditanyakan tentang Abdul Hakim , "Siapa?", lalu diterangkan kemudian sampai pada pantalon (celana tipis yang biasa dipakai untuk acara resmi ala Barat, red), “Hah huwa Mubanthal (pemakai panthalon, celana panjang biasa yang memperlihatkan pantatnya dan kemaluannya itu)" lihat 2
5. Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji:
KITA KATAKAN: apalagi yang kalian tunggu wahai hizbiyyun? Abu Nida’, Ahmas Faiz dan kelompok kalian At-Turatsiyyin!! Bukankah kalian menunggu pernyataan dari Kibarul Ulama’? Bahkan “kita hadiahkan” kepada kalian fatwa dari barisan ulama salafiyyin yang mentahdzir Big Boss kalian!! Kenapa kalian tidak bara’ dan lari dari At-Turats?! Mengapa kalian masih tetap menjilat dan mengais-ngais makanan, proyek-proyek darinya?! lihat 5
Walhasil, perpecahan diantara salafi terjadi beberapa kelompok dan diantara mereka merasa paling dirinya paling benar.
Kelompok-kelompok yang berpecah-belah dan saling menganggap sesat itu antara lain:
1. Kelompok Al-Muntada (sururiyah)
yang didirikan oleh Salafi London yakni Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin, kemudian di Indonesia membentuk kelompok Al-Sofwah dan Al-Haramain dengan pentolannya Muhammad Kholaf, Abdul Hakim bin Abdat, Yazid bin Abdul Qadir Jawwas, Ainul Harits (Jakarta) dan Abu Haidar (As-Sunnah Bandung).
Ini juga dari kedustaan dia, membangun masjidnya ahlul bid'ah, banyak ya…. Hadza Al-Sofwah, dan Yazid Jawwas mengatakan "Al-Sofwah itu Salafy", padahal tadinya ketika dia masih sama kita dia mengatakan bahwa Al-Sofwa itu ikhwani, Surury, tapi ketika dia bersama mereka sudah meninggalkan Salafiyyin, terus omongnya sudah lain.
Sehingga apa yang mereka sebarkan dari prinsip-prinsip ikhwaniyyah dan Sururiyyah ini, adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan Sunnah Rasulullah, dan bertentangan dengan 180 derajat. lihat 2
2. Kemudian kelompok Jami’yatuts Turots Al-Islamiyah (lembaga warisan Islam)
yang didirikan oleh salafi Kuwait Abdurrahman Abdul Khaliq, di Indonesia membentuk kelompok Ma'had Jamilurahman As-Salafy dan Islamic Center Bin Baaz (Jogya) dengan pentolannya Abu Nida’, Aunur Rafiq Ghufron (Ma'had Al-Furqan Gresik), Ahmad Faiz (Ma’had Imam Bukhari Solo), dll.
Lantas bagaimana menyikapi orang-orang at Turots/Abu Nida' cs ini ?
Syaikh Muqbil memberikan kaidah tentang orang-orang yang padanya ada pemikiran hizbiyah, bahkan Abdurahman Abdul Kholiq dicap adalah mubtadi'. Dengan keadaan Abu Nida' yang demikian, apakah sudah bisa memastikan bahwa Abu Nida' adalah hizbi ? Ya (Syaikh Yahya al Hajuri).
Disinilah perlunya membedakan antara Salafiyyin dan At Turots, sebagaimana Allah tegaskan tidak akan sama orang yang berilmu dan beramal, dibanding orang yang beramal dengan kejahilan. lihat 6
3. Ada lagi kelompok salafi lain seperti FK Ahlussunnah wal jamaah dan Lasykar Jihad yang didirikan oleh Ja’far Umar Thalib, yang juga dianggap sesat oleh salafi lainnya.
Beberapa komentar dari mereka
Abdurahman Wonosari:
Sebagian orang menganggap kita yang telah berlepas diri dari kesesatan Ja'far Umar Thalib (JUT). Namun ketika jelas setelah nasihat dari para Ulama' atas JUT, namun dia enggan menerimanya bahkan justru dia meninggalkan kita, maka Allah memudahkan kita berlepas diri daripadanya. Bahkan memudahkan syabab kembali kepada Al Haq, tanpa harus bersusah-payah. Padahal sebelumnya, banyak yang ingin menjatuhkan JUT dari sisi akhlak dan muammalahnya.
Qadarallah, selama ini kita disibukkan dengan jihad (th 2000 - 2002), yang dengan jihad tercapai kebaikan-kebaikan, tidak diingkari juga adanya terjerumusnya dalam perkara siyasah/politik. Dan hal ini, membikin syaikh Rabi' bin Hadi menasehatkan dengan menyatakan : "Dulunya jihad kalian adalah jihad Salafy, kemudian berubah menjadi jihad ikhwani."
Mendengar peringatan yang demikian, alhamdulillah, Allah sadarkan kita semua, langsung bangkit dan kemudian berusaha membubarkan FKAWJ (Forum Komunikasi Ahlusunnah wal Jama'ah, red) dan menghentikan komandonya JUT (Laskar Jihad Ahlusunnah wal Jama'ah, red). Alhamdulillah. lihat 6
Kemudian kelompok salafi lainnya Ponpes Dhiyaus Sunnah (Cirebon) dengan Muhammad Umar As-Sewed. lihat 2 dan 6
Kelompok yang satu ini merasa salafi yang paling asli diantara salafi-salafi asli lainya, karena merujuk kepada ulama-ulama salafi Saudi.
Saking kerasnya pertentangan diantara kelompok salafi itu, mereka memperlakukan kelompok salafi lain telah keluar dari salafi dan dianggap sesat dan bid’ah oleh salafi lainnya,
Muhammad Umar As-Sewed (Cirebon):
Dalam syarhus Sunnah dalam aqidatus salaf ashabul hadits, kemudian dalam Syariah Al-Ajurry, kemudian Minhaj Firqatun najiyah Ibnu Baththah, itu semua ada. Yang menunjukkan mereka semua sepakat untuk memperingatkan ummat dari ahlul bid'ah dan mentahdzir ahlul bid'ah, membenci mereka, menghajar mereka, memboikot mereka dan tidak bermajlis dengan mereka, itu sepakat. Sehingga apa yang mereka sebarkan dari prinsip-prinsip ikhwaniyyah dan Sururiyyah ini, adalah sesuatu yang bertolak belakang dengan Sunnah Rasulullah, dan bertentangan dengan 180 derajat. lihat 2
Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, di negara-negara Arab-pun juga demikian, diantara ulama salafi sendiri meng-klaim merekalah salafi yang asli dan harus diikuti, sedangkan yang lain sesat dan harus dihindari pengajian-pengajian, buku-buku dan kaset-kasetnya. Salafi yang merasa asli menyatakan bahwa merekalah pengikut shalafush shalih yang benar, sedangkan salafi yang lain hanya mengaku-ngaku saja sebagai salafi. Begitu juga sebaliknya!
Kelompok ulama mereka pun terpecah
Ada kelompok ulama semisal Abdullah bin Abdil Aziz bin Baz, Shalih bin Fauzan Al Fauzan, Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Muhammad bin Rabi’ Al-Madkhali, dll. (Saudi), Muqbil bin Haadi, Yahya Al-Hajuri (Yaman), Muhammad bin Abdurrahman Al-Maghrawi (Maroko), Falah bin Ismail, Falah bin Tsani As-Su’aidi, Walid Al-Kandari, Mubarak bin Saif Al-Hajiri (Kuwait).
Disisi lain terdapat pula ulama salafi yang mereka anggap sesat semisal Abdurrahman Abdul Khaliq (Kuwait), Muhammad Quthb (ex IM yang dianggap masuk salafi), Muhammad Surur bin Nayif Zainal (London), dll. lihat 5 Abdurrahman Abdul Khaliq misalnya, beliau mendirikan Jami’yatuts Turots Al-Islamiyah (lembaga warisan Islam) di Kuwait juga menggunakan landasan yang sama sebagai salafi, yakni menyatukan langkah dengan menjadikan Al-Quran dan as-sunnah serta mengikuti salafush shalih sebagai sumber tasyri’, mengembalikan setiap persoalan kepada kalamullah dan rasul-Nya. lihat 7 hal 11
Tetapi Abdurrahman Abdul Khaliq dianggap sesat dan bid’ah oleh salafi yang lain, karena beliau membentuk hizbi. lihat 6
Begitu juga Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin yang mendirikan Al-Muntada di London, juga mengaku sebagai salafi. Tetapi karena beliau mengkritik dengan keras kebijakan kerajaan Saudi yang bersekutu dengan kafir AS untuk memerangi Iraq pada perang teluk, beliau juga mencela ulama-ulama yang menjadi budak kerajaan Saudi dengan mecari-carikan dalil yang sesuai dengan kebijakan penguasa kerajaan. lihat 4, hal 78-82 catatan kaki Disamping itu beliau menggunakan prinsip Ikhwanul Muslimin: “Nata’awan fima tafakna wa na’dziru ba’dina ba’don fi makhtalahna” atau "Kita saling kerjasama apa yang kita sepakati dan kita hormat-menghormati saling memaklumi apa yang kita berbeda". lihat 2 Sehingga beliau dianggap sesat dan bukan lagi sebagai salafi.
Sungguh menggelikan, satu-satunya golongan yang mengaku selamat dan masuk syurga, menganjurkan umat Islam untuk tidak berpecah-belah dan hanya menyatu dalam satu golongan saja (salafi), serta menganggap golongan lain sesat dan bid’ah.
Tetapi secara internal berpecah-belah sesamanya, baik di Indonesia maupun di daerah Arab dan sekitarnya.
Sangat kontradiksi bukan?,
disatu sisi menganjurkan umat Islam untuk bersatu tetapi disisi lain internal salafi berpecah-belah. Kecenderungan salafi untuk mencela golongan lain sebagai sesat dan bid’ah sehingga “terkesan” salafi memecah belah persatuan umat, apakah hal ini dimaksudkan karena mereka tidak rela bahwa hanya salafi saja yang berpecah-belah, sedangkan golongan lain tidak?
Silahkan nilai sendiri!
Wallahua’lam
Khatimah:
1.1. Karakter salafi berupa “Merasa dirinya paling benar” (karakter 1) dan kebiasaan “mencela golongan/ulama lain” (karakter 2) yang berseberangan pendapat dengan mereka bukanlah issu semata, tetapi dapat dibuktikan melalui fakta yang terjadi diinternal salafi sendiri.
2.2. Karakter salafi yang merasa paling benar sendiri, menimbulkan perpecahan internal salafi. Ini merupakan hal yang wajar, golongan manapun jika mendahulukan egoisme dan hawa nafsu belaka maka akan berpecah-belah.
Sedangkan golongan-golongan Islam lain, tidak mengalami perpecahan internal separah yang dialami salafi, bahkan secara internal mereka solid. Kita bisa merujuk kepada NU, Muhammadiyah, Ikhwanul Muslimin/Tarbiyah/PKS, Hizbut Tahrir, Persis, Al-Irsyad, Jamaah Tabligh, dll, mereka lebih tahan terhadap perpecahan internal karena karakter mereka memang beda dengan salafi (karakter 1 dan 2)
3. 3. Perpecahan salafi menjadi beberapa kelompok antara lain: kelompok Al-Sofwah & Al-Haramain Jakarta; Imam Bukhari Solo, Al-Furqan Gresik, Islamic Center Bin Baaz & Jamilurahman As-Salafy Jogya; FKAWJ & Lasykar Jihad Jakarta; Dhiyaus Sunnah Cirebon. Ini belum termasuk kelompok salafi yang telah ditahdzir dan kemudian taubat, tetapi tidak bergabung dengan salafi “asli” dan membentuk kelompok sendiri.
4. 4. Orang awam yang baru mengenal salafi menjadi kebingungan, bagaimana mungkin satu golongan yang meyakini selamat dan masuk syurga, tetapi secara internal mereka sendiri berpecah-belah. Lantas mana golongan salafi yang asli, yang selamat dan masuk syurga itu?. Kembali kepada kaidah yang diyakini salafi: “Kebenaran hanya satu sedangkan kesesatan jumlahnya banyak sekali”, maka berarti salah satu salafi saja yang asli dan yang lain sesat dan bid’ah, atau bisa jadi semuanya salafi palsu!
5. 5. Dengan memahami karakter asli salafi, kita bisa berlapang dada jika dicela sesat dan bid’ah oleh salafi, karena jangankan anda sesama salafi sendiri saja saling mencela sebagai sesat dan bid’ah.
Lantas apakah perlu dilayani jika anda dicela sesat dan bid’ah?
Tidak perlu, karena tidak ada gunanya berdiskusi dengan orang yang merasa paling benar dan golongan lain selalu salah. Diskusi yang sehat adalah untuk “mencari kebenaran bukan kemenangan”, mencari hujjah yang paling kuat (quwwatut dalil). Jika meyakini hujjah lawan diskusi lebih kuat maka dengan lapang hati menerimanya, tetapi jika tidak ada titik temu dalam diskusi maka masing-masing harus menghargai perbedaan ijtihadnya.
Jadi, sebaiknya dalam menghadapi salafi adalah dengan tidak menghadapinya.
Maraji’:
1. Risalah Bid’ah, Abdul Hakim bin Amir Abdat
2. www.salafy.or.id: manhaj:”Sururiyyah terus melanda muslimin Indonesia”, Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji
3. Lihat juga www.assunnah.or.id
4. Menepis penyimpangan manhaj dakwah, Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi
5. www.salafy.or.id, manhaj: Ulama berbaris tolak JI (Jum'iyah Ihya' ut Turots), Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji
6. www.salafy.or.id, manhaj: “Bahaya jaringan JI dari Kuwait dan At Turots”, Abdul Mu'thi, Abu Ubaidah Syafrudin dan Abdurahman Wonosari
7. 10 wasiat bekal aktifis dakwah dan harokah, Abdurrahman Abdul Khaliq
8. Mendudukkan antara sunnah dan bid’ah, Lajnah Ihya’ut Turats Al-Islamiy
9. Lihat juga www.atturots.or.id
10. Lihat juga
sumber http://abuumar.multiply.com/journal/item/98/Perang_Sesama_Salafi